![](https://www.smpn1nganjuk.sch.id/upload/imagecache/54075015SAMPULARTIKEL-800x1170.jpeg)
Konseling Sebaya Berbasis Daring Untuk Menjaga Kualitas Hidup Remaja Di Masa Pandemi Covid-19
![](https://i.imgur.com/RGv3Rd8.jpg)
Abstract. The purpose of this research is to find out and describe online-based peer counseling so that the quality of life of the elderly can be maintained during the Covid-19 pandemic. This article is the result of a literature study of various literature relevant to peer counseling to help maintain the quality of life of the elderly during the Covid-19 pandemic.
Data collection techniques with literature and documentation. Literature study is a collection of data that comes from books, literature, and laws and regulations that are relevant to the problem being studied. Meanwhile, documentation is the collection of data obtained through certain documents. Documents can be in the form of writing, for example diaries, life histories, stories, biographies, regulations and policies that are appropriate and related to this research. Analysis of the data in this study, using Creswell's analysis theory ranging from reduction, display to data conclutions. The results of this study indicate that the importance of online-based peer counseling is to maintain the quality of life of the elderly during the Covid-19 pandemic. The quality of life of the elderly which is marked by the fulfillment of physical, psychological, social and religious factors is the main priority in order to bemaintained. This online-based peer counseling is carried out using the help of applications such as zoom, google meet and video calls. Where the family acts as a counselor, to be able to help find information about the community or group of elderly people. Then it can provide the opportunity for the elderly to interact through these applications. With this kind of effort, it is hoped that online-based peer counseling can provide solutions to elderly problems such as loneliness and isolation during the Covid-19 pandemic.
Pendahuluan
Corona Virus Disease 2019 atau biasa dikenal dengan
sebutan COVID-19 adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS
CoV-2, salah satu jenis koronavirus yang dapat menyebar antara orang-orang
melalui percikan
pernapasan (droplet). Sejak Maret 2020, WHO telah menyatakan bahwa COVID-19 sebagai
pandemic global. Berbagai macam upaya telah dilakukan guna menghentikan mata
rantai penyebaran virus antara lain seperti dengan mengikuti protocol kesehatan, tidak panik,
tetap menjaga kesehatan, menghindari keramaian dan menjaga jarak, serta memperkuat
imunitas tubuh (Mahfud & Gumantan, 2020). Selain dari kebijakan yang telah
dibuat oleh pemerintah, perlu adanya respon balik dari masyarakat serta
komitmen untuk dapat patuh terhadap kebijakan yang telah dibuat (Harirah &
Rizaldi, 2020). Namun, keadaan yang berubah secara tiba-tiba membuat masyarakat
tidak siap menghadapinya baik secara fisik maupun psikis (Sabir & Phill,
2016).
Sesuai
dengan kebijakan physical distancing atau menjaga jarak demi mencegah
penyebaran COVID-19, maka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Surat
Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 mengatakan bahwa pembelajaran dilakukan secara
daring dari rumah. Semua aktivitas kegiatan yang biasanya dilakukan di luar
rumah tiba-tiba menjadi harus dilakukan dari rumah. Perubahan kondisi baru yang diikuti
dengan berbagai macam permasalahan baru yang belum pernah dihadapi menjadi
sebuah tantangan baru bagi remaja untuk bisa terus mengikuti dan beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi (Fauziyyah et al. 2021).
Menurut
World Health Organization (WHO), rentang usia remaja adalah 10- 19 tahun;
menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, rentang usia remaja
adalah 10-18 tahun; menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN),
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jadi, seseorang dapat
dikatakan remaja karena sudah tidak bisa lagi disebut kanak-kanak namun, belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa atau bisa dibilang sebagai masa
peralihan dari kanakkanak ke dewasa (Sumara et al. 2017).
Berdasarkan data di atas, maka
situasi dan kondisi yang sedemikian rupa memicu persoalan baru yakni dampak
psikologis bagi remaja. Dampak
soscial distancing dan psychal distancing juga turut menjadi
penyebab beban psikologis remaja. Semua aktivitas atau kegiatan yang melibatkan
orang banyak sebenarnya
tidak hanya untuk kesehatan fisik saja. Lebih dari itu, bahwa layanan tersebut
juga untuk merawat kesehatan psikologis. Hal itu dikarenakan dalam layanan
konseling sebaya tersebut, remaja akan bertemu, berinterkasi dan saling
berkomunikasi dengan teman sebayanya. Dengan ditiadakannya layanan konseling
sebaya bagi remaja di masa pandemi Covid-19 ini, remaja merasa kesepian karena
tidak bisa berkumpul dengan teman sebayanya (Retno, 2020).
Permasalahan remaja di masa pandemi
Covid-19 di atas perlu mendapatkan penanganan yang
tepat sehingga kualitas hidup remaja tetap terjaga. Melihat realitas di
lapangan bahwa dampak pandemi Covid-19 bagi remaja, selain resiko ancaman
kematian yang masih tergolong
rendah ancaman lainnya yang lebih menakutkan adalah kesepian, kesendirian dan
keterasingan dari komunitas sebanyanya. Oleh sebab itu, keluarga sebagai
orang-orang terdekat perlu mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan
melakukan konseling sebaya dengan media online. Konseling sebaya berbasis
online dapat dilakukan melalui media zoom, google meet, dan video
call. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga perlu memfasilitasi remaja untuk
dapat tetap melakukan komunikasi dengan sebanyanya untuk mengurangi rasa
kesepian bagi remaja. Dengan demikian, maka dukungan keluarga dan teman sebaya adalah salah
satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan kasus Covid-19
pada remaja. (Retno,
2020).
Metode
Metode penelitian ini adalah kualitatif
deskripsif dan jenis penelitian ini adalah studi pustaka
dengan berbagai literatur yang relevan dengan konseling sebaya dan korelasinya
dengan kualitas hidup
remaja di masa pandemi Covid-19. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka
dan dokumentasi. Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang bersumber pada
buku-buku, jurnal, literatur serta pada peraturan perundang-undangan yang
memiliki relevasi dengan masalah yang sedang dikaji. Sementara itu dokumentasi
adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertentu.
Dokumendapat berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita, biografi, peraturan serta kebijakan yang sesuai dan berkaitan dengan
penelitian ini (Kurnia, 2020).
Hasil dan Pembahasan
1.
Konseling
Sebaya Berbasis Online Di Masa Pandemi Covid-19
Pada awal mula munculnya
konseling sebaya ini adalah sebuah konsep peer support. Konsep tersebut dimulai
pada tahun 1939 guna membantu orang-orang yang mengkonsumsi alkohol dan telah
menjadi pecandu. Di dalam konsep peer support tersebut, diyakini bahwa
setiap individu yang pernah mengalami riwayat kecanduan alkohol, dan dinyatakan
sembuh maka dapat pula membantu teman lain (pecandu alkohol) yang belum sembuh.
Pada dasarnya konsep konseling sebaya adalah salah satu cara bagi remaja untuk
belajar bagaimana untuk dapat saling membantu dan memperhatikan remaja lainnya.
Menurut pendapat lain yang mengatakan bahwa konseling sebaya adalah sebagai
sebuah ragam tingkah laku untuk membantu secara interpersonal yang dilakukan
oleh seseorang (teman sebaya) non profesional. Dengan demikian, maka yang
dikatakan konseling teman sebaya adalah suatu hubungan yang bersifat membantu antar
individu atau kelompok yang memiliki persamaan nasip, kondisi, dan keadaan
untuk saling membantu menemukan solusi permasalahan secara bersama-sama (Hardi,
2016).
Secara terminologi yang
dimaksud dengan konseling sebaya adalah sebuah kegiatan saling membantu antar
teman sebaya untuk menghadapi permaslaahan-permasalahan hidup guna
mengembangkan potensipotensi diri ke arah yang lebih baik. Kemudian pendapat
lain mengenai konseling sebaya adalah sebagai sebuah metode, sebagaimana
dikemuakkan oleh Kan dalam Sofi, yang mendefinisikan bahwa “Peer counseling
is the use problem solving skills and active listening, to support people who
are our peers” yang bermakna konseling sebaya adalah penggunaan
keterampilan pemecahan masalah dan mendengarkan secara aktif, untuk mendukung
orang-orang yang menjadi rekan sebaya (Shofi, 2019).
Di dalam proses konseling
teman sebaya, tidak menekankan pada isi konseling, akan tetapi menekankan pada
proses berpikir, perasaan, serta proses pengambilan keputusan. Oleh sebab
itulah, konseling sebaya mampu memberikan kontribusi melalui pengalaman, sehingga
dapat dijadikan sebagai evaluasi diri. Selanjutnya adalah, yang dimaksud dengan
teman sebaya merupakan individu dengan tingkat kematangan emosi dan umur yang
sama. Sementara itu, menurut pendapat lain konseling sebaya adalah sebagai
bentuk upaya untuk dapat mempengaruhi perubahan perilaku agar mengarah pada pemecahan
permasalahan. Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkna
bahwa konseling sebaya adalah proses konseling dari seorang konselor yang
profesional untuk dapat menggunakan teman sebaya konseli sebagai perantara
dalam menyelesaikan permasasalahan konseli, (shofi, 2019) yang dilakukan secara
online.
2.
Kualitas
Hidup Remaja Di Masa Pandemi Covid-19
Menurut
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) bahwa kualitas hidup adalah
sebuah persepsi seseorang terhadap kehidupan dirinya sendiri di masyarakat dan
dalam konteks budaya, serta sistem nilai yang ada. Dimana sistem nilai tersebut
berkaitan dengan tujuan, harapan, perhatian dan standar. Secara umum makna
kualitas hidup adalah konsep yang masih sangat luas yang dipengaruhi oleh kondisi
fisik, psikologis, kemandirian, dan hubungan sosial dengan lingkungan. Kondisi darurat yang serius ini, mengharuskan semua
aktivitas dilakukan dirumah termasuk sekolah dan aktivitas tambahan lain. Hal
ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman dan bosan. Ribut dengan adik atau
kakak, merasa malas melakukan apa saja, bisa menjadi salah satu akibat
kebosanan di rumah.
Kesehatan
fisik selama pandemi, tentu wajib dijaga. Namun, kesehatan mental tak kalah
pentingnya. Berada dirumah saja tak
menutup kemungkinan timbulnya perasaan lain selain bosan seperti cemas, waswas,
hingga ketakutan yang berlebih. Berbagai masalah kejiwaan ini bisa mempengaruhi
tubuhnya lho, dan berujung pada gejala fisik. Begini penjelasannya.
Saat anak
menerima informasi tentang penyakit COVID-19 kemudian timbul rasa takut akan
tertular (apalagi jika mereka lebih banyak mengakses informasi
"menakutkan" seputar COVID-19), ini akan membuat mereka merasa
terbebani, stres, cemas, hingga fungsi sistem organ menjadi menurun. Saat daya
tahan tubuh menurun karena fungsi sistem organ yang turun, maka gejala fisik
pun akan timbul.
Cemas
berlebih atau stres bisa menurunkan sistem imun tubuh, reaksi sistem syaraf
yang berlebihan, hingga mempengaruhi sistem pencernaan. Gejala fisik lain yang
timbul akibat kecemasan adalah : Sakit kepala, pusing, sempoyongan ;
Jantung berdebar-debar ; Berkeringat banyak ; Nafas tidak terarut atau sesak ; Nyeri
tekanan di leher dan pundak ; Rasa lelah tak berenergi ; Sakit, tidak nyaman pada bagian perut
Kondisi ini
harus segera diatasi. Jika tidak, bisa timbul penyakit dan menurunkan kualitas hidup. Dengan demikian, maka perlu
adanya peningkatan kualitas hidup terlebih di masa pandemi Covid-19. Upaya tersebut
dapat ditingkatkan dari level yang sedang, menjadi level yang tinggi, sehingga
kualitas hidup remaja di masa pandemi Covid-19 tetap terjaga (Rohmah,2019).
3.
Konseling Sebaya
Berbasis Online Untuk Kualitas Hidup Remaja Di Masa Pandemi
Covid-19
Metode konseling pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yakni cara
langsung dan cara tidak
langsung. Metode langusung dilakukan dengan cara face to face antara
konselor dengan konseli. Metode langsung dilakukan agar konseli dapat melihat
secara langsung situasi dan kondisi yang dialami oleh konseli. Sementara itu,
metode tidak langsung dilakukan dengan perantara media lain, seperti media cetak atau
elektronik. Metode ini digunakan ketika metode langsung tidak tepat digunakan,
dengan beberapa alasan yang tidak memungkinkan konseling secara langsung
dilakukan. Oleh sebab itulah, metode konseling secara tidak langsung, dapat
menajadi salah satu alternatif untuk dapat membantu konseli yang sedang
mengalami permasalahan.
Di dalam hal ini, bahwa yang dimaskud konseling di atas adalah secara umum,
maka dapat di spesifikkan kepada konseling sebaya yang dilakukan dengan metode
tidak langsung, yakni metode online. Metode online dilakukan mengingat bahwa di
masa pandemu Covid-19 sedang melaksanakan program psychal distancing dan
social distandcing. Selanjutnya, konseling sebaya secara online yang
dimaksud ditujukan kepada remaja sebagai salah satu kelompok yang paling rentan
terkena Covid-19, dengan beberap alasan diantaranya, menurunnya kesehatan fisik
yang ditandani dengan berbagai penyakit yang dialami. Oleh sebab itu, konseling
sebaya berbasis online dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk dapat tetap
menajaga kualitas hidup remaja.
Metode konseling secara online memang bukan sesuatu yang baru lagi. Hal itu
dikarenakan, metode ini biasa digunakan ketika konselor dan konseli memang
tidak bisa melakukan pertemuan secara langsung untuk proses konseling. Akan
tetapi, biasanya hal itu sangat jarang dilakukan ketika melaksanakan konseling
sebaya, terlebih adalah untuk remaja. Oleh sebab itu, konseling sebaya berbasis
online ini sangat baik digunakan, terlebih di masa pandemi Covid-19. Metode
yang digunakan dengan memanfaatkan aplikasi seperti zoom, google meet, atau
video call. Dengan menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, maka secara verbal remaja
dengan teman sebayanya akan saling mengetahui satu dengan yang lainnya. Hal ini
dapat menghilangkan rasa kesepian dan kesendirian, karena program sekolah bagi remaja sementara ditiadakan dan dirubah dengan pembelajaran daring.
Guna mendapatkan gambaran
secara utuh, mengenai
model konseling sebaya
berbasis online untuk menjaga kualitas hidup remaja di masa pandemi
Covid-19 dapat dilihat pada gambarberikut ini:
Berdasarkan gambar 1
di atas, maka
dapat dibaca sebagai
berikut ini: teman sebaya
adalah sebagai orang terdekat bagi remaja, sehingga perannya sangat penting untuk dapat mengatasi permasalahan
hidup remaja. Dengan demikian, maka teman sebaya dapat
berperan sebagai konselor
untuk dapat membantu mencari
informasi tentang komunitas
konseling sebaya.
Kemudian, setelah mendapatkan komunitas konseling sebaya,
maka konselor
dapat memberikan kesempatan
bagi remaja
untuk dapat berkomunikasi, berkenalan
satu dengan yang
lainnya. Adapun metode
yang digunakan yakni
dengan menggunakan aplikasi seperti
zoom, google meet
dan video call.
Dengan adanya aktivitas
tersebut maka diharapkan remaja tidak merasa kesepian, kejenuhan dan keterasingan
selama pandemi Covid-19.
Simpulan dan Saran
Konseling sebaya berbasis online adalah salah satu cara atau
metode konseling yang dilakukan
secara tidak langsung dengan menggunakan bantuan aplikasi seperti zoom, google meet, atau video call. Konseling ini sangat berguna
untuk remaja agar dapat tetap berkomunikasi dengan sebayanya selama pandemi
Covid-19. Konseling sebaya berbasis online ini memang belum banyak dilakukan,
karena biasanya remaja dapat berinterkasi, berkumpul dengan teman sebaya ketika
kegiatan sekolah
tatap muka diadakan. Guna mengganti
kegiatan sekolah
tatap muka yang ditidakan dikarenakan
pandemi Covid-19, maka sekolah dapat membantu remaja untuk tetap berinteraksi
dengan teman sebaya melalui interaksi secara tidak langsung. Dengan demikian,
konseling sebaya berbasis online dapat menjadi solusi alternatif bagi remaja
untuk tetap menjaga kualitas hidup yang baik selama pandemi Covid-19 masih
dinyatakan ada.
Daftar Rujukan
Astiti, Shofi
Puji. (2019)Efektivitas Konseling
Sebaya (Peer Counseling)
dalam Menuntaskan Masalah Siswa, Indonesian Journal of Islamic Psychology, Vol.1, No. 2.
Prasetiawan,
Hardi(2016), Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Untuk Mereduksi Kecanduan
Game Online, Jurnal Bimbingan dan
Konseling, Vol. 6, No.1
Ruskandi , Joseph Henokh (2021) Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19, Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, Vol. 3, No. 3
Siagian,
Tiodora Hadumaon,(2020).Mencari Kelompok Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus
Corona Dengan Discourse Network Analysis, Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia :
JKKI, Vol. 09,
No. 02, 2020, 102.
Sulistiani, Kurnia
dan Kaslam,(2020). Kebijakan Jogo Tonggo
Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dalam Penanganan Pandemi
Covid-19,
Jurnal Vox Populi, Vol. 3, No.1.